Manusia &
Harapan
Harapan
berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi, yang mempunyai harapan atau
keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Tanpa harapan manusia
tidak artinya sebagai manusia. Manusia yang tak mempunyai harapan berarti tak
dapat diharapakan lagi.
Menurut
kodratnya dalam diri manusia ada dorongan yakni dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berpikir,
berkata, bercinta, mempunyai keturunan dan lain sebagainya. Kebutuhan
hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah : pengan,
sandang dan papan. Sedangkan kebutuhan rohani meliputi : kebahagiaan,
kesejahteraan, kepuasan hiburan dan lain sebagainya.
Setiap manusia
mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam
hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Harapan harus
berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa
merupakan sarana terkabulnya harapan.
Persamaan
Harapan dan Cita-cita
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan. Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud,
maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena
usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Tidak semua
orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka
bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak
dengan hidup yang berkecukupan. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka
harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada
umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan
yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya
dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik
ataumeningkat.
Penyebab
Manusia Mempunyai Harapan
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan
hidup, ditengah-tengah manusia lain itulah,
seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/
spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia
lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
• Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan, misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan, misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
• Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup, kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup, kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia, Hidup & Kematian
Pengertian hidup
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan sumber kenikmatan; sebab dengan adanya hidup maka tidak seorang pun dapat menikmtai arti kehidupan dunia serta merasakan pembalasan baik buruk di akhirta nanti.
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan sumber kenikmatan; sebab dengan adanya hidup maka tidak seorang pun dapat menikmtai arti kehidupan dunia serta merasakan pembalasan baik buruk di akhirta nanti.
Namun,
lebih luas M. Mutawalli Asy-Sya'rawi mengatakan, bahwa kehidupan tidak terbatas
hanya pada kehidupan jin dan manusia, tapi mencakup semua makhluk yang ada di
alam ini. Beliau menganggap salah selama ini orang-orang terlanjur
mendefenisikan makhluk hidup itu sebagai sesuatu yang dapat merasa dan
bergerak, padahal yang sebenarnya makhluk hidup itu semua benda yang dapat
melaksanakan fungsinya di alam ini.
Sepintas
kita melihat benda padat (jamad) itu memang tidak bergerak (mati), padahal yang
sebenarnya ia hidup. Kesimpulan kita selama ini hanya didasarkan pada
interpretasi umum yang menyatakan bahwa gerak merupakan ciri bagi makhluk
hidup. Bahkan dijelaskan dalam al-Qur'an bahwa benda padat bisa menangis (QS.
Al-Dukhan:29), bisa mendengar (QS Fushshilat:11) dan bisa berbicara (QS.
al-anbiya:79;al-Isra:44). Dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai tempat kehidupan dan
kematian. Sedangkan alam akhirat dijadikan sebagai tempat pembalasan dan kemudian
tempat yang kekal abadi.
Allah
telah menciptakan hamba-Nya di dunia ini untuk menyembah hanya kepada-Nya serta
menguji mereka, sehingga dapatlah diketahui siapa di antara mereka yang paling
baik amalnya, nanti akan diberi balasan pahala, atau siapa yang berbuat durhaka
maka nanti akan mendapatkan siksa.
Manusia lahir dari perut ibunya
tanpa pengetahuan dan kesanggupan apa-apa untuk memberi, menolak atau
menghindarkan diri dari suatu bencana atau mendatangkan sesuatu yang menguntungkan
dirinya sendiri. Pendek kata ia masih merupakan seorang hamba yang pada Zatnya
senantiasa membutuhkan kepada penciptanya. Maka tatkala Allah menyempurnakan
nikmat-Nya kepadanya; mencurahkan rahmat dan memberikan sebab-sebab terwujudnya
kesempurnaan dirinya lahir batin, memberikan segala macam nikmat-Nya, yang tak
mungkin dapat disebutkan dengan lisan maupun tulisan, lantas manusia yang
miskin ini mengaku bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan dan sebagai
kekuasaan, serta mendakwakan dirinya sebagai penguasa di samping Allah. Ia
telah memandang dirinya tidak seperti pandangannya yang pertama ketika ia masih
merupakan sesuatu yang asal kejadiannny dari ada, fakir, serba membutuhkan. Ia
seolah-olah tidak pernah menjadi makhluk yang miskin lagi kekurangan.
Pengertian Mati
Pengertian Mati
Mati
ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya,
pergantian dari yang satu keadaan kepada keadaan lain. Mati berbeda dengan
tidur, karena tidur terputusnya roh sementara dengan hubungan-hubungan lahiriah, Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS.
Al-Zumar: 42), Maksud
ayat di atas, Allah yang menggenggam roh di saat telah tiba saatnya, yaitu tidakadanya
hidup, jiwa dan gerakannya. Dan Allah juga menggenggam roh yang belum datang
masa ajalnya, di saat ia sedang tidur, di mana roh tidak lagi mempunyai
kemampuan untuk membedakan dan dan merasakan sekalipun secara batin. Sebab di
saat tidur, hidup, jiwa dan gerakan masih ada, karena itu para ulama mendefenisikan
tidur itu sebagai satu naluri yang dengan paksa menimpa seorang, sehingga
menghalangi perasaannya untuk mengadakan dan melengahkannya dari kesanggupan
untuk mengerti.
Ada pula yang berpendapat bahwa tidur itu adalah pingsan
yang hebat yang menimpa pikiran, sehingga menghalangi mengetahui sesuatu yang
ada ini. Dalam
keadaan bangun, maka roh manusia berjalan dalam tubuh lahir batin. Dan mengerti
tentang Allah menggenggam roh di kala dalam keadaan tidurnya dan dalam keadaan
matinya dengan genggaman yang melepaskan dan menahan yaitu Allah menutup roh
dengan sesuatu yang dapat mencegahnya dari melakukan segala sesuatu yang dapat
dipegang (digenggam). Yang belum sampai batas waktu ajalnya, dilepaskan kembali
dan yang sudah sampai kepada maut, maka ditahannya hingga hari kiamat.
Adapun kematian itu sendiri adalah batas kesempurnaan roh
(jiwa) dalam hidup (umur). Maka maut berarti menghilangkan seluruh seluruh daya
rasa selama roh itu berada di genggaman Allah. Atau maut merupakan penyempurnaan
keseluruhan secara hakiki yakni mati dan yang lain adalah penyempurnaan tidur
(tidur sempurna), sebab pada hakikatnya adalah mati juga. Sementara mengenai mati, Munandar
Sulaeman mengatakan bahwa kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus,
kehilangan akal dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh
dari jasad (QS. 2:28; 2:164; 33:52; 6:95).
Sedangkan
pengertian mati yang sering dijumpai dalam istilah sehari-hari adalah:
1. kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad.
2. terputusnya hubungan antara roh dan badan.
3. terhentinya budi daya manusia secara total.
1. kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad.
2. terputusnya hubungan antara roh dan badan.
3. terhentinya budi daya manusia secara total.
Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di atas,
kalau dikaji dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama (Islam),
maka kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian hanyalah
terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan dilanjutkan
kehidupannya pada alam kedua. Ajaran agama menggambarkan adanya konsepsi
pertalian alam dunia dan alam akhirat serta menggambarkan prinsip tanggung
jawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi
Muhammad saw. : "apabila anak Adam telah mati, maka terputuslah
daripadanya budi-dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang
berguna, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya".
Demikian pula firman Allah:
dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. Al-Baqarah:154).
dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. Al-Baqarah:154).
Sedangkan proses kematian manusia itu sendiri tidak dapat
diketahui dengan jelas, karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi
fisik dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila
pernapasan dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah proses roh
manusia melepaskan diri dari jasadnya, oleh karena itu proses kematian dari
segi rohani ini sulit dijelaskan secara inderawi, tetapi nyata terjadi.
Mengenai roh, para ulama saling berbeda pendapat, sehingga
menjadi dua golongan. Segolongan bersikap diam dan tidak mau mengatakan
pengertian roh dan tidak mengadakan apa-apa. Hanya mereka itu berkata: "Roh adalah tetap pada urusan Tuhan dan
termasuk rahasia-Nya yang Allah perlihatkan gejala-gejalanya dengan ilmu-Nya,
tetapi Dia tidak memberikan ilmu dan pengetahuan tentang roh itu kepada siapa
pun. Inilah sebagai alasan mereka, seperti yang telah difirmankan oleh Allah:
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. Al Israa' : 85).
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. Al Israa' : 85).
Kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai manusia dewasa ini
(bahkan sampai kapan pun) ternyata tidak sanggup mengatasi masalah kematian.
Ilmu pengetahuan hanya mampu menyelidiki sebab-sebab kematian, sekalipun bahwa
pada hakikatnya tidak ada sebab kematian kecuali ajal. Kematian bukanlah proses akhir bagi
kehidupan sebenarnya, tapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Ada empat
fase yang telah dan akan dilewati manusia dalam perjalanan hidupnya:
1. fase kematian di alam substansi
2. fase kehidupan dunia
3. fase kematian di alam barzah
4. fase kehidupan di akhirat (kehidupan sebenarnya, kekal dan abadi).
1. fase kematian di alam substansi
2. fase kehidupan dunia
3. fase kematian di alam barzah
4. fase kehidupan di akhirat (kehidupan sebenarnya, kekal dan abadi).
http://wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar